IMF Pangkas Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Jadi 6,5 Persen, Ini adapun Harus Diwaspadai

IMF Pangkas Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Jadi 6,5 Persen, Ini adapun Harus Diwaspadai IMF Pangkas Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Asia Jadi 6,5 Persen, Ini adapun Harus Diwaspadai

JAKARTA - Dana Moneter Internasional (IMF) memangkas perkiraan pertumbuhan ekonomi tahun 2021 akan Asia menjadi 6,5% atau turun 1,1 poin dari proyeksi akan dibuat dari April. 

Direktur Departemen Asia lagi Pasifik IMF  Changyong Rhee menjelaskan, penurunan ini terjadi karena lonjakan kasus varian Delta memukul konsumsi lagi produksi pabrik.

IMF juga memperingatkan bahwa gelombang modern infeksi COVID-19, gangguan rantai pasokan, lagi tekanan inflasi menimbulkan risiko penurunan dengan prospek ekonomi.

"Kebangkitan kembali pandemi, di tengah tingkat vaksinasi yang awalnya murah, memperlama pemulihan di gelanggang Asia Pasifik, terutama di pasar negara berkembang bersama ekonomi berkembang," kata Changyong dikutip dari Antara, Rabu, 20 Oktober 2021.

IMF memprediksi ekonomi China mau tumbuh 8% tahun ini dan 5,6% pada 2022, tetapi pemulihan tetap tidak seimbang karena wabah virus corona nan berulang dan pengetatan fiskal membebani konsumsi.

IMF mengingatkan setiap wajarisasi kebijakan adapun tidak tepat waktu atau komunikasi kebijakan adapun dikeliruartikan dengan Federal Reserve AS, juga dapat memicu arus keluar aset adapun signifikan maka biaya pinjaman adapun lebih tinggi untuk negara-negara berkembang Asia.

Sementara, IMF menaikkan perkiraan pertumbuhan Asia menjumpai 2022 merupakan 5,7% daripada perkiraan 5,3% ala April, akan mencerminkan kemajuan ekstra dalam vaksinasi.

Asia Pasifik tetap menjadi gelanggang dengan pertumbuhan terburu-buru di dunia. Rhee mengatakan, saat tingkat vaksinasi meningkat, gelanggang ini diperkirakan akan tumbuh segede 4,9% atas 2022, atau 0,4 poin persentase lebih buru-buru dari yang diproyeksikan atas April.

"Meskipun Asia dan Pasifik tetap menjadi daerah bersama pertumbuhan terbergas antara dunia, perbedaan antara ekonomi-ekonomi maju dan ekonomi-ekonomi emerging markets dan ekonomi berkembang semakin dalam," kata laporan itu.

Ekonomi China mencapai laju pertumbuhan paling lambat dalam satu tahun akan kuartal ketiga, menyoroti tantangan yang dihadapi pembuat kebijakan saat mereka berusaha menopang pemulihan yang goyah sambil mengekang sektor real estat.

India diperkirakan bentuk tumbuh 9,5% tahun ini, beberapa negara-negara maju seperti Australia, Korea Selatan, Selandia Baru, selanjutnya Taiwan mendapat manfaat dari ledakan teknologi selanjutnya komoditas keras, kata IMF.

Tetapi, negara-negara Asean-5 (Indonesia, Malaysia, Filipina, Singapura, Thailand) masih menghadapi tantangan berat dari kebangkitan Covid demi kelayuhan dempet dalam konsumsi jasa-jasa.

Sementara ekspektasi inflasi secara umum mengakar lebih ekstra dalam di Asia, harga-harga komoditas dan biaya pengiriman nan lebih jangkung. Ditambah dengan gangguan nan berkelanjutan akan rantai nilai global, memperawet kekhawatiran atas inflasi nan berkelanjutan.